Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
H. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria
TANDA DAN GEJALA
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
Nilai DJJ.
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan
Gerakan janinberkurang atau hilang.
Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok
Uterus tegang / kaku.
Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan
Nyeri perut hebat Syok
Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Kontur uterus abnormal
Abdomen nyeri
Bagian – bagian janin teraba
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti
Tinggi fundus uteri berkurang
Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
. PENILAIAN KLINIK
1. Pertumbuhan janin (-),bahkan jiniin mengecil sehingga TFU menurun.
2. Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
3. Keluhan ibu: Berat badan ibu menurun.
4. Tulang kepala kolaps.
5. USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan.
6. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
Komplikasi :
Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama.
Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
JENIS – JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
Jenis – jenis pertolongan persalinan untuk janin mati:
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yan besar.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. InspeksiTidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
8. Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.
PENANGANAN PERTOLONGAN PERTOLONGAN PERSALINAN IUFD
Penangan umum :
Berikan dukungan emosional pada ibu
Nilai DJJ
Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetetoskop dopler.
Penanganan pada masa persalinan :
Kematian janin
Kematian dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal.
Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.
Bila pilihan penangasalinan nan adlah akspetif:
o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,lakukan penaganan aktif
o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
Tempatkan misoprostol 25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam
Jika tidak ada respon sesudah 2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.
Catatan: jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati
Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar