Selasa, 03 Juli 2012
JENTIK
Berbicara jentik maka kita akan membayangkan bahwa jari-jari kita akan kita jentik-jentikkan, lho begitu ? Bukan begitu, tetapi yang dimaksud disini adalah tentang jentik nyamuk khususnya tentang jentik nyamuk demam berdarah yang lebih dikenal dengan nama nyamuk aedes aegypti .Jentik nyamuk aedes aegypti jentik kecil yang menetas dari telur itu akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5-1 cm. Jentik nyamuk aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air (Depkes RI,1996/1997:21). Gerakanya berulang- ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun, kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Keberadaan Jentik Survei Jentik Pada Survei Entomologi DBD ada 5 Kegiatan Pokok, yaitu : pengumpulan data terkait, survei telur, survei jentik atau larva, survei nyamuk, dan survei lain- lain (Depkes RI, 2002:3). Yang mengamati perilaku dari berbagai lingkungan, vektor, cara-cara pemberantasan vektor dan cara-cara menilai hasil pemberantasan vektor. Namun dalam tulisan ini hanya mengenai keberadaan jentik, jadi menggunakan survei jentik. Survei jentik dapat dilakukan dengan cara: Metode Single Larva Pada setiap kontainer yang ditemukan ada jentik, maka satu ekor jentik akan diambil dengan cidukan (gayung plastik)atau menggunakan pipet panjang jentik sebagai sampel untuk pemeriksaan spesies jentik dan identifikasi lebih lanjut jenis jentiknya. Jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil/vial bottle dan diberi label sesuai dengan nomor tim survei, nomor lembar formulir berdasarkan 1 nomor rumah yang di survei dan nomor kontainer dalam formulir. Metode Visual Hanya dilihat dan dicatat ada tidaknya jentik didalam kontainer tidak dilakukan pengambilan dan pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan pada survei lanjutan untuk memonitor indek-indek jentik atau menilai PSN yang dilakukan. (Depkes RI, 2002:3). Tiga indeks yang biasa dipakai untuk memantau tingkat gangguan aedes aegypti, yaitu: 1. House Index (HI) yaitu persentase rumah yang terjangkit larva/ jentik. HI = Jumlah rumah yang tejangkit / Jumlah rumah yang diperiksa X 100 2. Container index (CI) yaitu persentase penampungan air yang terjangkit larva atau jentik. CI = Jumlah penampug yang positif / Jumlah penampung yang diperiksa X 100 3. Breteau index (BI) yaitu jumlah penampung air yang positif per 100 rumah yang diperiksa BI = Jumlah penampug yang positif /Jumlah rumah yang diperiksa X 100 Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Surveilens untuk aedes aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi, kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan insektisida yang dipakai guna memprioritaskan wilayah dan musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik yaitu: variasi musiman, ketinggian tempat, vektor nyamuk aedes aegypti, pelaksanaan PSN – DBD, macam tempat penampungan air, persediaan air bersih, pembuangan sampah padat, tempat perindukan yang bukan tempat penampungan air, dan abatisasi selektif. Variasi Musiman Pada musim penghujan tempat perkembangbiakan aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur- telur yang belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas. Selain itu juga pada musim penghujan, semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat berkembanbiak nyamuk ini. Oleh karena itu pada musim hujan populasi aedes aegypti meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan virus dengue. Ketinggian Tempat Kemampuan terbang nyamuk betina rata- rata 40 meter, maksimal 100 meter. Namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas didaerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah- rumah maupun tempat- tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian daerah 1000 meter dari permukaan air laut. Diatas ketinggian 1000 meter tidak dapat berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut. (Depkes RI, 1992: 6). Vektor Nyamuk Aedes aegypti Virus dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk aedes dari sub genus stegomyia. Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk aedes yang bisa menularkan virus dengue yaitu: aedes aegypti, aedes albopictus dan aedes scutellaris (Depkes RI, 2002: 4). Dari ketiga jenis nyamuk tersebut aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini banyak ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukanya juga lebih banyak terdapat didalam rumah. Keberadaan jentik berhubungan dengan keberadaan vektor nyamuk aedes aegypti juga, oleh karena itu untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk aedes aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei di rumah yang dipilih secara acak. Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk umpan orang didalam dan diluar rumah, masing – masing selama 20 menit per rumah dan penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan menggunakan aspirator. Indek – indek nyamuk yang di gunakan adalah: 1. Biting (Landing rate) = Jumlah aedes aegypti betina yang tertangkap umpan orang / Jumlah penangkapan x jumlah jam penangkapan 2. Resting per rumah = Jumlah aedes aegypti betina tertangkap pada penangkapan nyamuk hinggap / Jumlah rumah yang dilakukan penangkapan Sumber : Departeman Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. 1996 / 1997. Modul Latihan Kader Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD). Jakarta: Departemen Kesehatan. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar