Oleh : Nor Alimah,S.Pd
A. Hakekat Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai upaya perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sesuatu yang dimaksud adalah objek atau materi atau informasi yang dipelajari.
Salah satu prinsip dalam mengaktifkan siswa dalam belajar adalah “menemukan”. Prinsip yang dimaksud adalah guru sebenarnya tak perlu menjejalkan seluruh informasi kepada siswa. Berilah kesempatan pada mereka untuk mencari dan menemukan informasi tersebut. Informasi yang disampaikan guru hendaknya yang bersifat mendasar dan memancing siswa untuk menggali informasi selanjutnya, sehingga suasana kelas tidak membosankan bahkan sebaliknya akan menjadi bergairah.
Menurut Universitas Malang (2000:43), hakikat belajar atau learning adalah bagaimana mengarahkan para siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana belajar. Dengan demikian fungsi guru disini adalah menanamkan aktivitas siswa agar memiliki keterampilan untuk terbiasa menemukan sumber informasi secara mandiri atau kelompok.
B. Hasil Belajar
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulangan-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain.
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Delay Avoidance (DA), dan Work Methods (WM). DA menunjuk pada ketetapan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi belajar. Sedangkan WM menunjukkan kepada pengguna cara (prosedur) belajar yang efesien dalam mengerjakan akademik dan keterampilan belajar.
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar, sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal itu disebabkan kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar.
Rustiyah (2001:21) sesuai dengan Law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan cenderung untuk diulang. Oleh karena itu tindakkan kebiasaan bersifat mengukuhkan (reinforching).
Sumadi Suryabrata (1990:35) mengatakan hasil belajar yang efesien dalah dengan usaha yang sekecil-kecil memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efesien, belum menjamin keberhasilan dalam belajar. Yang paling penting siswa mempraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun diluar kelas.
Gagne (1985) dan Bandura (1986) (dalam Bambang (2004:117) mengatakan bahwa hasil belajar siswa (the out come of learning) yang berupa perkembangan kemampuan dan keterampilan siswa akan ditentukan oleh hasil interaksi anatara kondisi internal belajar (internal conditions of learning) siswa yang berupa kondisi dan proses kognitif (the larner’s internal states and coqnitive processe) dengan kondisi eksternal belajar (external conditions of learning) yang berupa stimulus lingkungan (stimuli from the environment).
Prestasi belajar rendah akan dapat ditingkatkan apabila proses belajar yang dilakukan guru mampu meningkatkan motivasi, kemauan, daya serap dan tingkat konsentrasi siswa. Ini akan terjadi apabila dalam proses belajar siswa memperoleh pengetahuan secara bertahap sebagaimana halnya model stuktur pengetahuan itu terbentuk, yaitu mulai dari fakta, konsep dan akhirnya ke generalisasi dan atau teori (Savege and Amstrong, 1996; Numan Sumantri, 2001:132).
Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000:24).
C. Hakekat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan denga cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, kosep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekannkan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Czrin dan Sund (1993) dalam (BNSP, 2007), mendefinisikan IPA sebagi “ pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujukpada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan hakikat IPA meliputi empat unsur utama ,yaitu :
1. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,makhluk hidup, serta berhubungan dengan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar ; IPA bersifat open ended.
2. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah ; metodeilmiah meliputi penyususnn hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
4. Aplikasi : penerapan metodeilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
D. Media Gambar.
Gambar diam/mati ini adalah gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi pelajaran yang disampaikan pada siswa. Gambar diam ini ada yang tunggal dan ada juga yang berseri, yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Media gambar yang dumaksudkan bertujuan untuk mengenalkan nama-nama dalam pelajaran IPA. Gambar-gambar tersebut dapat dijadikan alat bantu untuk memahami topik pembelajaran. Disamping itu, gambar-gambar tersebut juga dapat ditujukan untuk menstimulasi kegiatan berbicara dan menulis permulaan.
Wujud media gambar ini berukuran kecil 5 X 5 cm dan besar 20 X 20 cm. Ada yang memiliki warna asli sesuai dengan warna benda nyatanya dan ada yang hanya hitam putih saja.
Gambar-gambar benda tersebut dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, misalnya klasifikasi binatang piaraan, klasifikasi alat tulis, klasifikasi mebeler dan lain-lain. Apabila diperlukan penampilan gambar masing-masing klasifikasi maka dapat ditempatkan dalam kotak. Selanjutnya semuanya akan ditampung dalam satu kotak besar, yang di dalamnya terdapat kotak-kotak kecil.
Adapun kegunaan media gambar benda dapat digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan berikut :
1. Pengenalan nama-nama benda mati dan benda hidup dalam bahasa Inggris, diiringi dengan ucapan guru dan bisa juga bersama tulisannya.
2. Pengulangan pembelajaran nama-nama tersebut lewat permainan.
3. Menciptakan suasana yang menarik dalam kelas.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam ini, yaitu :
1. Dapat menterjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi realistik.
2. Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender dansebaginya.
3. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
4. Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa biaya
5. Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua pelajaran/disiplin ilmu.
Sedangkan keterbatasan dari media gambar diam ini terkadang ukuran gambarnya terlalu kecil jika digunakan dalam satu kelas, hanya berupa dua dimensi dan tidak bisa menimbulkan kesan gerak.
Secara umum dari beberapa fungsi media pembelajaran dapat mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan dan lebih cepat. Fungsi lain yaitu untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar atau prestasi belajar siswa dengan menggunkan media pembelajaran dan salah satunya dengan media gambar akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi. Media pembelajaran juga dapat meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir secara lebih realistik.
Daftar Pustaka
Bambang Sahono, Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPA, Studi Eksperimen pada Peserta didik kela V SD di Kota Bengkulu, Jurnal Pendidikan, Triadik, 2004, Bengkulu
Depertemen Pendidikan dan kebudayaan, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: P2LPTK IKIP Bandung, 1990, Bandung
Gagne Robert M, (Dalam Widya Tama, Jurnal Pendidikan 2005) The Condition of Learning, Scond Edition, New York: Halt Sunders. International Edition, 2004 Semarang
Hopkins, D. (dalam Widya Tama Jurnal, 2005). A Teacher Guide to Classroom Research, Philadelpia. Open University Press. 1992
Universitas Malang, (dalam National Science Education Seminar) State University of Malang (UM), 2000. Malang
Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Widya Tama Jurnal,) classroom actoin research, 2005, Semarang.
Pusat Kurikulum, Kurikulum SD 2006, Jakarta.
Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, Rieneka Cipta, 2001, Jakarta.
Savege and amstrong, 1996 (dalam Numan Sumantri), Terjemahan, Efektif Elementry Social Studies, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Jakarta.
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengejar, PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Jakarta.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. Universitas Gajah Mada, CV. Rajawali, 1990, Jakarta.
Wardah Nurul. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Rangka Melalui Pengguaan Bahan Manipulatif di Kelas IV SDN Keraton 4 Martapura, Universitas Terbuka Program S1 PGSD, 2009, Banjarmasin
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, 1998, Bandung.
Winataputra, MA, H. Udin, Drs, dkk.(1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen .Pendidikan dan Kebudayaan.
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, PT. Bigraf Publishing, 2000, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar