Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan masalah oleh masyarakat didukung oleh petugas kesehatan. Kegiatan ini merupakan salah satu pola kemandirian yang ditanamkan kepada masyarakat.
Surveilans berbasis masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat berupa pengamatan atau pemantauan, melaporkan dan memberikan informasi pada petugas kesehatan/tertentu terhadap kondisi kesehatan masyarakat/penyakit serta faktor resiko penyakit yang ada di masyarakat dan lingkungan untuk kemandirian melalui upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan. Surveilans berbasis masyarakat ini dilaksanakan dalam rangka sistem kewaspadaan dini terhadap ancaman munculnya atau berkembangnya suatu penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.
Prinsif dari kegiatan ini adalah pemberdayaan, yaitu masyarakat diberdayakan untuk melakukan pengamatan/pemantauan secara terus menerus terhadap masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Prinsif kedua adalah kemandirian. Pada prinsif ini masyarakat mengupayakan pencegahan dan penanggulangan secara mandiri sesuai kemampuan terhadap ancaman penyakit dalam masyarakat.
Penyakit atau masalah kesehatan yang sering terjadi dan perlu diwaspadai seperti diare, demam berdarah dengu, malaria, campak, infeksi saluran pernapasan atas, keracunan makanan, gizi buruk
, masalah kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan.
Untuk kelancarannya ada tahapan kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
Persiapan meliputi musyawarah tingkat desa, membentuk kelompok kerja surveilans, membuat rencana kerja.
Pelaksanaan terdiri dari sosialisasi kepada masyarakat, pelatihan kelompok kerja surveilans, pelaksanaan kegiatan surveilans (pemantauan dan pengamatan penyakit/kondisi kesehatan lingkungan di masyarakat, melaporkan secara cepat ke kades/poskesdes lisan atau tertulis, bersama-sama melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan sederhana.
Monitoring dan evaluasi yang terdiri
memonitor pelaksanaan surveilans, mengevaluasi hasil kegiatan, menyampaikan hasil kegiatan surveilans pada musyawarah masyarakat desa.
Contoh jenis faktor resiko yang bisa diamati/dipantau dan dilaporkan masyarakat dan upaya pencegahan/penanggulangannya.
Faktor resiko :
Masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih, kekurangan jamban keluarga, lingkungan tidak bersih, ada tetangga yang menderita diare.
Penyakit yang mungkin muncul :
Diare
Upaya kemandirian dalam pencegahan dan penanggulangan :
Selalu menggunakan air bersih, air minum harus direbus, menjaga kebersihan lingkungan, cuci tangan sebelum makan, buang air besar di jamban, menjaga kebersihan perorangan.
Sumber :
Presentasi kabid P2PL Dinkes Kab.HSU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar