Senin, 22 Agustus 2011

Masa nifas dan Masalahnya

1.         Pengertian masa nifas
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2008).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati, 2009).
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, di sertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan dengan melahirkan (Suherni dkk, 2009)
2.         Tujuan masa nifas
a.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
b.   Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
c.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
d.   Memberikan pelayanan keluarga berencana (Ambarwati, 2009).
3.        Tahapan masa nifas (Ambarwati, 2009)
a.     Puerpenium Dini
Yaitu pulihnya alat kandungan dimasa ibu sudah diperbolehkan jalan-jalan dan melaksanakan aktifitasnya berlangsung + 40 hari.
b.     Puerpenium Intermedial
Yaitu pulihnya alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya + 6-8 minggu.
c.     Remote Puerpenium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu–minggu, bulanan atau tahunan.
4.        Perubahan Masa Nifas
a.         Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir.
b.         Perubahan sistem perkemihan
Dilatasi ureter normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.
c.         Perubahan Tanda-Tanda Vital
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C–38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Takanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
d.        Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut sehingga dalam 2 minggu organ  ini telah turun ke rongga panggul.. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.



5.        Psikologi Masa Nifas
Pada masa nifas, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Adaptasi psikologis ibu masa nifas, adalah:
a.        Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
b.       Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
c.        Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.

A.    Bahaya Masa Nifas
1.      Perdarahan Post Partum
a.    Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang volumenya 500 cc atau lebih setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir (Bedah kebidanan, 2000)
Perdarahan pervaginam atau perdarahan Post Partum atau Post Partum Hemoragi (PPH) adalah kehilangan darah sebanyak 500cc atau lebih dari traktus genetalia setalah melahirkan (Suherni dkk, 2009).
b.    Jenis Perdarahan Post Partum
1)    Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan post partum primer adalah atenia uteri, retentio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama
2)    Perdarahan Post Partum Sekunder
Terjadi setelah 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. Penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

c.    Gambaran klinik
Perdarahan Post Partum atau HPP terjadinya tidak mendadak, perdarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum perdarahan tersebut dapat diatasi. Gejala – gejala perdarahan yang jelas :
1)   Perasaan lemah
2)   Mengantuk, menguap
3)   Pandangan kabur
4)   Pada pemeriksaan (tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek)
5)   Penderita tampak anemis, jatuh dalam shock, kesadaran hilang dan akhirnya meninggal.
d.   Pencegahan
Penecegahan terhadap terjadinya HPP ini kadang dalam banyak hal masih dapat dilakukan, misalnya :
1)   Perbaikan keadaan umum selama prenatal care
2)   Kosongkan rectum dan buli pada tiap persalinan
3)   Hindari partus lama
4)   Batasi pemakaian anestesi
5)   Di beberapa RS ada yang memberi methergin IV pada saat kepala lahir atau saat bahu depan lahir.
e.    Penanganan
1)      Perdarahan postpartum primer
-             Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
-   Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan diperkirakan banyaknya darah yang sudah keluar.jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah hilang.
-   Berikan oksitosik (oksitosin 10 IV dan ergometri 0,5 IV berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
-   Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan Na Cl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infusi sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok
-   Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
-   Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahan tetap menyusui bayinya.
-   Jika perdarahan masih terjadii, lakukan kompresi bimanual.
-   Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik,maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan lecerasi  yang menyebabkan perdarahan tersebut.
-   Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik berspektum ruas.
-   Lakukan pencatatan yang akurat.


2)      Perdarahan Postpartum sekunder
-   Masukan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus kedaruratan
-   Percepatan kontraksi dengan cara melakukan messege uterus, jika uterus masih teraba
-   Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah sebelum dilakukan rujukan
-   Berikan oksitosin 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV
-   Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek, berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok)
-   Awasi agar uterus tetap berkontaksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan 40 tetesan/menit.
-   Berikan antibiotik berspektum luas
-   Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah pengaruh anastesis

2.      Infeksi masa nifas
a.     Pengertian
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat –alat genetal pada waktu persalinan dan nifas ( Ambarwati, 2009 ).
Infeksi masa nifas adalah infeksi  bakteri pada truktus genetalia, terjadi setelah melahirkan ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38o C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pascapersalinan (Mansjoer dkk, 2001).
Infeksi masa nifas atau sepsis peurperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara persalinan dan 42 hari setelah persalinan (Suheni dkk, 2009)
b.     Etiologi
1)     Bakteri endogen (dari jalan lahir sendiri)
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya, bahkan jika teknik steril sudah di gunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen.
2)     Bakteri eksogen (kuman datang dari luar)
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar. Bakteri eksogen masuk ke dalam vagina melalui :
-       Tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
-       Subtansi/benda asing yang masuk kedalam vagina (misalnya ramuan/jamu, minyak, kain).
-       Aktivitas seksual
3)       Autogen (kuman masuk dari tempat lain ke dalam tubuh)


c.     Tanda dan gejala
1)     Demam
2)     Nyeri pelvik
3)     Nyeri tekan uterus
4)     Lokia berbau menyengat (busuk)
5)     Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus
6)     Pada luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah

3.      Bendungan air susu (caked breast)
a.     Pengertian
Bendungan air susu adalah keadaan dimana payudara ibu nifas menjadi bengkak, keras, panas dan nyeri (Prawirohardjo, 2005).
b.      Penanganan
Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah :
1)        Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2)   Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3)   Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4)   Gunakan BH yang menopang
5)   Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

4.      Mastitis
a.    Pengertian
Nyeri payudara atau mastitis adalah suatu infeksi yang terjadi pada jaringan payudara, sehingga mengakibatkan payudara menjadi bengkak, berwarna merah dan terasa nyeri. Kadang kala dapat juga timbul demam.
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
b.    Gejala
Biasanya wanita yang mengalami mastitis akan merasakan :
1)   Kedinginan, sakit kepala.
2)   Suhu tubuh > 38,5°C.
3)   Mudah lelah.
4)   Payudara berwarna merah, keras, nyeri, terasa panas dan bengkak
c.    Penanganan
1)   Ibu harus terus menyusui agar payudaranya kosong
2)   Kompres hangat dan dingin seperti pada payudara bengkak
3)   Memperbaiki posisi menyusui, terutama bila terdapat puting lecet
4)   Istirahat cukup, makanan yang bergizi
5)   Banyak minum air putih, antibiotik dan analgesik (Sastrawinata, 2004).

5.      Sub involusi uterus
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan pascapartum.
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat, bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau pospartum haemorrhage.
Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterusdapat diberikan uteronika (ergomertin maleat), namun ergometrin mempunyai efek samping menghambat produksi prolaktin.
Ciri-ciri subinvolusi uterus adalah tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk, sakit pada pinggang atau nyeri pada pelvik, perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lochea rubra yang banyak dan berbau busuk (Barbara, 2004).




6.      Lochea berbau (busuk)
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea tidak lain adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim luka bekas plasenta.
Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluar darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :
1)    Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai ke 4 postpartum. Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban.
2)    Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 4 sampai hari ke 7 pasca persalinan.
3)     Lochea Serosa
Berwarna kuning kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
4)    Lochea Alba
Cairan putih mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu pasca persalinan.
Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta.
Lochea serosa atau alba yang berlanjut bisa menandakan adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut dengan lochea statis.

7.      Baby blues
a.     Pengertian
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara lain: perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya (Saleha, 2009).
b.     Gejala baby blues antara lain:
1)   Menangis, perubahan perasaan
2)   Cemas, kesepian
3)   Khawatir dengan bayinya
4)   Penurunan libido
5)   Kurang percaya diri

8.      Depresi postpartum
a.    Pengertian
Depresi postpartum adalah keadaan dimana ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kurang kemandirian. Depresi postpartum merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen.
b.    Gejala
1)   Sering menangis, Sulit tidur
2)   Nafsu makan hilang, Gelisah
3)   Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol
4)   Cemas atau kurang perhatian pada bayi
5)   Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6)   Pikiran menakutkan mengenai bayi
7)   Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas, maka segeralah beritahu suami, bidan atau dokter. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau konsultasi dengan psikiater.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...