Jumat, 03 Agustus 2012

GANGGUAN REPRODUKSI PADA WANITA-VAGINITIS

1.  Definisi
Sebelum mengenal tentang vaginitis, dibawah ini akan dijelaskan jenis-jenis infeksi pada organ reproduksi wanita. Organ reproduksi wanita terdiri dari 5 bagian utama, yaitu :
1.   Vagina : bagian paling luar dari organ reproduksi wanita. Merupakan bagian yang paling sering terinfeksi mikroorganisme. Infeksi pada vagina disebut vaginitiS
2.   Cervix (leher rahim) : bagian yang berfungsi sebagai jalan lahir bayi. Infeksi pada cervix disebut cervicitis
3. Uterus (rahim) : bagian yang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya janin. Infeksi pada uterus disebut endometritis.
4. Tuba fallopi (saluran telur) : bagian yang berfungsi untuk membawa ovum (sel telur) yang dilepaskan ovarium (indung telur) ke uterus. Infeksi pada tuba fallopi disebut salpingitis.
5. Ovarium (indung telur) : tempat pematangan ovum (sel telur). Infeksi pada ovarium disebut oophoritis.
 Vaginitis adalah suatu peradangan pada daerah vagina. Hal ini dapat menghasilkan cairan, gatal dan nyeri dan seringkali dihubungkan dengan iritasi atau infeksi pada vulva. Hal ini biasanya karena infeksi. Tiga jenis bakteri utama dari vaginitis adalah bakterial vaginosis (BV), kandidiasis vagina, dan trikomoniasis. Seorang wanita mungkin memiliki kombinasi dari infeksi vagina pada satu waktu. Gejala-gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan bakteri yang menginfeksi, meskipun ada gejala umum bahwa semua infeksi vaginitis miliki tanda peradangan atau bahkan dapat asymptomatic.
 Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual Salah satu gejalanya adalah keluarnya cairan dari vagina diikuti rasa gatal, iritasi bagian bawah, bau aroma yang tidak sedap.
( Prof.dr.Ida Gede manuaba,Spog )

2.  Epidemiologi
Angka prevalensi dan penyebab vaginitis tidak diketahui pasti, sebagian besar karena kondisi-kondisi ini sering didiagnosis sendiri dan diobati sendiri oleh penderita.  Selain itu, vaginitis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis) atau disebabkan oleh lebih dari satu organisme penyebab.  Kebanyakan ahli meyakini bahwa sampai sekitar 90% kasus vaginitis disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis vulvovaginal dan trikomoniasis. Penyebab non-infeksi termasuk vaginal atrophy, alergi dan iritasi kimiawi.
Penyebab tersering vaginitis adalah  bakterial vaginosis, kandidiasis vulvovaginal, trikomoniasis, atropi vaginal, alergi dan iritasi kimiawi.
-          Vaginosis Bakterial
Di Amerika Serikat, bakterial vaginosis merupakan penyebab vaginitis yang terbanyak, mencapai sekitar 40 sampai 50% dari kasus pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini disebabkan oleh perkembangbiakan beberapa organisme, termasuk di antaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus species, Mycoplasma hominis dan Peptostreptococcus species.
Menentukan angka prevalensi bakterial vaginosis adalah sulit karena sepertiga sampai dua pertiga kasus pada perempuan yang terkena tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Selain itu, angka prevalensi yang dilaporkan bervariasi menurut populasi. Bakterial vaginosis ditemukan pada 15-19% pasien-pasien  rawat inap bagian kandungan, 10-30% ibu hamil dan 24-40% pada klinik kelamin.
Walaupun angka prevalensi bakterial vaginosis lebih tinggi pada klinik-klinik kelamin dan pada perempuan yang memiliki pasangan seks lebih dari satu, peran dari penularan secara seksual masih belum jelas.  Berbagai penelitian membuktikan bahwa mengobati pasangan dari perempuan yang menderita bakterial vaginosis tidak memberi keuntungan apapun dan bahkan perempuan yang belum seksual aktif juga dapat terkena infeksi ini. Faktor risiko tambahan untuk terjadinya bakterial vaginosis termasuk pemakaian IUD, douching dan kehamilan.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa bakterial vaginosis adalah faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini dan kelahiran prematur. Pengobatan infeksi ini selama kehamilan menurunkan risiko tersebut. Akibat buruk lain termasuk di antaranya adalah peningkatan frekuensi hasil Papanicolaou (Pap) smears abnormal, penyakit radang panggul (PRP) dan endometritis. Selulitis vaginal, PRP dan endometritis dapat terjadi jika perempuan menjalani prosedur ginekologis yang infasif ketika sedang menderita bakterial vaginosis
-          Kandidiasis Vulvovaginal
Kandidiasis vulvovaginal adalah penyebab vaginitis terbanyak kedua di Amerika Serikat dan yang terbanyak di Eropa. Sekitar 75% dari perempuan pernah mengalami kandidiasis vulvovaginal suatu waktu dalam hidupnya, dan sekitar 5% perempuan mengalami episode rekurensi. Agen penyebab yang tersering (80 sampai 90%) adalah Candida albicans. Saat ini, frekuensi dari spesies non-albicans (misalnya, Candida glabrata) meningkat, mungkin merupakan akibat dari peningkatan penggunaan produk-produk anti jamur yang dijual bebas.
Faktor risiko untuk terjadinya kandidiasis vulvovaginal sulit untuk ditentukan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko untuk terinfeksi penyakit ini meningkat pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, diaphragma dan spermicide, atau IUD. Faktor risiko yang lain termasuk melakukan hubungan seksual pertama kali ketika umur masih muda, melakukan hubungan seks lebih dari empat kali per bulan dan oral seks. Risiko kandidiasis vulvovaginal juga meningkat pada perempuan dengan diabetes yang sedang hamil atau minum antibiotik.
Komplikasi kandidiasis vulvovaginal jarang terjadi.  Chorioamnionitis pada saat hamil dan syndrome vestibulitis vulva pernah dilaporkan. Candida tidak ditularkan secara sexual, dan episode kandidiasis vulvovaginal tidak berhubungan dengan jumlah pasangan seksual yang dimiliki. Mengobati laki-laki pasangan seksual dari seorang perempuan yang menderita kandidiasis tidak perlu dilakukan, kecuali laki-laki tersebut tidak disunat atau ada peradangan pada ujung/glans penis.
Kandidiasis vulvovaginal rekuren/berulang didefinisikan sebagai terjadinya empat atau lebih episode kandidiasis vulvovaginal dalam periode satu tahun. Belum jelas apakah rekurensi ini terjadi karena berbagai faktor predisposisi atau presipitasi. 
-          Trikomoniasis
Protozoa Trichomonas vaginalis, sebuah organisme yang motile dengan 4 flagella, adalah penyebab ke tiga terbanyak dari vaginitis. Penyakit ini mengenai 180 juta perempuan di seluruh dunia dan merupakan 10 sampai 25% dari infeksi vagina. Saat ini, angka insidensi vaginitis trichomonal terus meningkat di kebanyakan negara-negara industri.
Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 30 sampai 80 persen laki-laki pasangan seksual dari perempuan yang terinfeksi. Trikomoniasis berhubungan dan mungkin berperan sebagai vektor untuk penyakit kelamin lain. Berbagai penelitian membuktikan bahwa penyakit ini meningkatkan angka penularan HIV.
Faktir risiko untuk trikomoniasis termasuk penggunaan IUD, merokok dan pasangan seksual lebih dari satu. Sekitar 20%-50% dari perempuan dengan trichomoniasis tidak mengalami gejala apapaun. Trikomoniasis mungkin berhubungan dengan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur. Pasangan seksual harus diobati dan diberi instruksi untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai ke dua pihak sembuh.

3. Etiologi
Penyebabnya dari vaginitis bisa berupa :
1.      Infeksi
-          Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
-          Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik
-          Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
-          Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
2.      Zat atau benda yang bersifat iritatif
-          Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
-          Sabun cuci dan pelembut pakaian
-          Deodoran
-          Zat di dalam air mandi
-          Pembilas vagina
-          Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
-          Tinja
3.      Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4.      Terapi penyinaran
5.      Obat-obatan
6.       Perubahan hormonal.

4. Patofisiologi
Gambaran fisiologis discharge vagina normal terdiri dari sekresi vaginal, sel-sel exfoliated dan mukosa serviks. Frekunsi discharge vagina bervariasi berdasar umur, siklus menstruasi dan penggunaan kontrasepsi oral.
Lingkungan vagina normal digambarkan oleh adanya hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan produk metabolisme flora dan organisme patogen. L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide (H2O2), yang bersifat toksik terhadap organisme patogen dan menjaga pH vagina sehat antara 3.8 dan 4.2. Vaginitis muncul karena flora vagina diganggu oleh adanya organisme patogen atau lingkungan vagina berubah sehingga memungkinkan organisme patogen berkembang biak.
Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, douching, stress dan hormon dapat mengubah lingkungan vagina dan memungkinkan organisme patogen tumbuh. Pada vaginosis bakterial, dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroxide yang diproduksi L. acidophilus organisms. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan perkembangbiakan berbagai organisme yang biasanya ditekan pertumbuhannya seperti G. vaginalis, M. hominis dan Mobiluncus species. Organisme tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti ‘amine’, yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan exfoliasi sel epitel vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis bakterial.
Dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi oral, memperkuat penempelan C. albicans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan-perubahan ini dapat mentransformasi kondisi kolonisasi organisme yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik.  Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan tingkat estrogen dan progesterone, sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen, dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi T. vaginalis.

5.  Tanda Dan Gejala
Wanita dengan vaginistis  biasanya ada yang tanpa gejala atau dengan gejala, berikut ini adalah tanda dan gejala yang pada wanita vaginitis antara lain :
1. Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.
2.   Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
3.    Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
4.   Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.  Gatal-gatalnya sangat hebat.
5.   Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
6.   Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual.
7.   Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain).
8.   Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses.
9.   Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis.
10.  Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.  

6. Macam vaginitis
Vaginitis dibedakan menjadi 3 jenis tergantung bakteri yang menginfeksi, yaitu :
1.      Tricomoniasis
disebabkan oleh parasit Tricomoniasis Vaginalis yang menimbulkan cairan berbau, banyak, berwarna kuning kehijauan dan kadang sangat gatal kadang berbusa terasa perih. Bisa ditularkan karena hubungan seksual.
2.      Vaginosisi bakteri
disebabkan oleh baktery Gardnerella Vaginalis, cairan yang keluar sedikit, berwarna abu-abu dan berbau tidak sedap.
3.      Candidosis infeksi bakteri jamur
disebabkan oleh Candida albikan  (Salah satu jenis jamur yang normal ditemukan dalam organ kewanitaan) . Jamur ini sering berkembag biak hingga jumlahnya melampaui batas apabila terjadi perubahan kondisi organ intim wanita.

7.  Diagnosa
   Untuk mendiagnosis bacterial vaginosis digunakan kriteria Amsel. 4 kriteria Amsel yaitu :
1.      pH cairan vagina > 4.5
2.      pada pemeriksaan di bawah mikroskop, > 20% sel epitel vagina adalah sel ”clue” (sel dengan batas tidak jelas, dotted with bacteria)
3.      sekret berwarna abu-abu seperti susu, homogen, sekret kental/menempel
4.      tes whiff positif
Rekomendasi diagnosis dari kriteria Amsel adalah 3 dari 4 di atas terpenuhi.

8.  Komplikasi
Studi terbaru menunjukkan bahwa infeksi vagina yang tidak diobati dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, terutama untuk wanita hamil. Untuk komplikasi  dari terkena bakteri vaginosis, bias sampai dengan "kelahiran prematur, infeksi postpartum, klinis dan subklinis penyakit radang panggul, komplikasi pascaoperasi (setelah aborsi, histerektomi, bagian caesar), peningkatan kerentanan terhadap infeksi HIV dan, kemungkinan, infertilitas" Studi juga dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan trikomoniasis tertular HIV; teori termasuk bahwa "vaginitis meningkatkan jumlah sel kekebalan pada tempat infeksi, dan HIV kemudian menginfeksi sel-sel kekebalan". Selanjutnya, ada komplikasi yang mengakibatkan ketidaknyamanan sehari hari seperti:
·         persisten ketidaknyamanan
·         Infeksi kulit dangkal (dari menggaruk)
·         komplikasi dari kondisi penyebab (seperti gonore dan infeksi kandida).
[Wikipedia]
9.  Penatalaksanaan
Pengobatan bacterial vaginosis yang direkomendasikan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2006,yaitu
1.      Obat yang direkomendasikan :
Metronidazole oral atau Metronidazole gel 0.75% intravaginal atau Clindamycin cream 2% intravaginal sebelum tidur malam.Pengobatan dengan metronidazol adalah 2 gr per oral dalam dosis tunggal regimen alternatifnya adalah 500 mg 2 x sehari selama 7 hari Pasangan seksual wanita sebaiknya diobati secara bersamaan dengan metronidazol.tindak lanjut diperlukan apabila asimtomik setelah pengobatan wanita sebaiknya dievaluasi terdapat gonore, klamidia, dan sifilis yang mungkin sama-sama muncul.
2.      Obat alternatif :
Clindamycin oral atau Clindamycin ovula

10. Pencegahan
  Pencegahan kandidiasis, jenis yang paling umum dari vaginitis, dimulai dengan kebersihan yang baik: pengeringan sepenuhnya setelah mandi, mengenakan pakaian segar, dan menyeka dari depan ke belakang setelah buang air besar semua membantu untuk mencegah kontaminasi dari vagina dengan bakteri berbahaya. Pencegahan vaginosis bakteri termasuk diet sehat dan perilaku serta meminimalkan stres karena semua faktor ini dapat mempengaruhi keseimbangan pH vagina. Mengkonsumsi bakteri baik dalam produk dengan hidup-budaya, seperti yoghurt, atau hanya melalui suplemen probiotik, seseorang dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan vaginitis karena antibiotik. Pencegahan trikomoniasis berkisar seks aman-prosedur, seperti penggunaan kondom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...