Jumat, 21 September 2012

LANDASAN TEORI PERSALINAN (normal)

I.                   Pengertian

  • Adalah hasil pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).

( Manuaba, 1998 : 157 )

  • Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

( UnpadBandung, 1983 : 221 )

  • Proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di dalam uterus melalui vagina kedunia luar.

( Sarwono, 2005 : 180 )
II.                Macam – macam Persalinan
1.      Persalinan Spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2.      Persalinan Buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar ( misal : forcep )
3.      Persalinan Anjuran

Persalinan yang dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemecahan pitosin / prostaglandin.
                                                                                    ( Sulaiman, 1983 : 221 )
III.             Teori dalam Persalinan
1.      Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2.      Teori Penurunan Progesteron

Proses penurunan estrogen dan progesteron --> oksitosin meningkat --> kontraksi.
3.      Teori Oksitosin Internal
Menurunnya progesteron ---> oksitosin meningkat ---> persalinan dapat dimulai.
4.      Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat ---> dapat memicu persalinan.
5.      Teori Hipotalamus Pitutari dan Glandula Suprarenalis.


  • Teori itu menunjukkan pada kehamilan dengan anencefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus, teori ini dikemukakan oleh unggin 1973.
  • Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
  • Pemberian kortikosteroid yang dapat memberikan maturitas janin, induksi ( mulainya ) persalinan.
  • Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainyapersalinan.
  • Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
( Manuaba, 1998 : 159 )
IV.             Tanda – tanda Persalinan

  • Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
  •  Terjadi pengeluaran lender bercampur darah.
  •  Dapat disertai ketuban pecah..
  • Pada pemeriksaan dalam, dapat dijumpai pembukaan serviks ( pembukaan, pendataran, penipisan )

( Manuaba, 1998 : 160 )
V.                Factor – factor Penting dalam Persalinan
a.       Power
Kekuatan yang mendorong janin keluar ( power ) terdiri dari :


  • His ( kontraksi otot uterus ).
  • Kontraksi otot – otot dinding uterus.
  • Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
  • Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum. Kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat – sifat, kontraksi simetris, fundus dominan, relaksasi, involuntir ( terjadi diluar kehendak ), intermihten ( terjadi secara berkala ), terasa sakit, terkoordinasi, kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.
b.      Passage ( jalan lahir )
Passage terdiri dari :v  Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )

  • Tulang panggul
1.      Ossa Coxae ( 2 tulang panggul paha )
Os Illium ( tulang usus )

Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang dari panggul, terdiri dari :

  • Crista Iliaca.
  • Spina Iliaca Anterior Superior dan Spina Iliaca Posterior Superior.
  • Spina Iliaca Anterior Inferior dan Spina Iliaca Posterior Inferior.
  • Insicura Ischiadica Mayor.
  • Linea Inominata ( linea terminalis )
Os Ischium ( tulang duduk )Terdapat disebelah bawah dari tulang usus. 

  •  Spina Ischiadica.
  • Tuber Ischiadica.
Os Pubis ( tulang kemaluan )Terdapat disebelah bawah dan depan dari tulang usus. 

  • Foramen Obturatorium.
  •  Ramus Superior Ossis Pubis.
  • Ramus Inferior Ossis Pubis.
  • Arcus Pubis.
2.      Os Sacrum ( tulang kelangkang )
Terletak disebelah belakang antara kedua pangkal paha.-          Foramina Sacralia Anterior.

  • Crista Sacralis
  • promontorium 
  • articulation sacro iliaca 
3.      Os Pubis ( tulang tungging )
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 2 – 5 ruas yang bersatu.

  •  Bidang Panggul
1.      Pintu Atas Panggul, Promontorium, Sayap Sacrum, Linea Inominata.
2.      Bidang Luar Panggul.
3.      Bidang Sempit Panggul.
4.      Pintu Bawah Panggul.

  • Bidang Hodge

  1. H I       : Sama dengan PAP.
  2. H II     : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis
  3. H III    : Sejajar dengan H I melalui Spina Ischiadica.
  4. H IV    : Sejajar dengan H I melalui ujung Os Coccygeus.

  •  Ukuran Luar Panggul
1.      Distansia Spinarum                 : Jarak antara Spina Iliaca Anterior Superior kanan dan kiri (23 – 26 cm ).
2.      Distansia Cristarum                 : Jarak yang terjauh antara Crista Iliaca kanan dan kiri (26 - 29 cm ).
3.      Conjugate Eksterna                 : Jarak antara pinggir atas Symphisis dan ujung Processus Spinosus ruas tulang lumbal ke v ( 18 – 20 cm ).
4.      Ukuran Lingkar Panggul         : Dari pinggir atas Symphysis kepertengahan antara Spina Iliaca Anterior Superior dan Trocanter Mayor sepihak dan kembali melalui tempat – tempat yang sama di pihak yang lain (80 – 90 cm ).

  • Bagian Lunak Panggul

1.      Terdiri dari otot – otot dan ligamentum.
2.      Diafragma pelvis terdiri dari pars muscularis yaitu m. levator ani dan pars membranacea yaitu diafragma urogenitale.

  • Bentuk Panggul
1.      Panggul Gynecoid.
2.      Panggul Android.
3.      Panggul Anthropoid.
4.      Panggul Platypelloid.
c.       Passenger
1.      Kepala janin dan ukuran – ukurannya.

  • Bagian muka, terdiri dari :
Tulang hidung, tulang pipi 2 buah, tulang rahang atas, tulang rahang bawah.

  • Tulang tengkorak
Oa frontale, os parietalis, os temporalis, os occipitalis.

  • Sutura
·         Sutura sagitalis ( sela panah ) antara kedua ossa parietalis.
·         Sutura coronaria ( sela mahkota ) antara os frontale dan os parietalis.
·         Sutura lamboideaus antara occipital dan kedua ossa parietalis.
·         Sutura frontalis antara frontale kiri dan kanan.

  • Ubun – ubun
·         Ubun – ubun kecil ( fonticulus minor ).
·         Ubun – ubun besar ( fonticulus major ).
2.      Ukuran – ukuran kepala

  • Diameter ( ukuran muka belakang ).
·         Diameter suboccipito bregmatica ( 9,5 cm ).
·         Diameter suboccipito frontalis (11 cm ).
·         Diameter fronto occipito ( 12 cm ).
·         Diameter mento occipito ( 13,5 cm ).
·         Diameter submento bregmatica ( 9,5 cm ).

  • Ukuran melintang
·         Diameter biparietalis ( 9 cm ).
·         Diameter bitemporalis ( 8 cm ).

Ukuran lingkaran
·         Circumferentia suboccipito bregmatica ( 32 cm ).
·         Circumferentia fronto occipitalis ( 34 cm ).
·         Circumferentia mento occipitalis ( 35 cm ).
VI.             Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
Kala I dibagi 2 fase :
1.      Fase laten

·         Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
·         Pembukaan serviks < 4 cm.
·         Biasanya berlangsung ± 8 jam.
2.      Fase aktif

·         Frekuensinya dan lama kontraksi uterus meningkat, dianggap adekuat jika terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama ± 40 detik.
·         Serviks membuka dari 4 cm ke pembukaan 10 cm.
·         Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
-        Fase akselerasi
Berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.-        Fase dilatasi maximum ( steady ).
Dari pembukaan 4 – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.-        Fase deselerasi
Dari pembukaan 9 – 10 cm, berlangsung selama 2 jam.
VII.          Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi.
·         Tanda gejala kala II.
-          Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
-          Ibu merasakan tekanan yang meningkat pada rectum.
-          Perineum menonjal.
-          Vulva dan vagina membuka.
·  Diagnosa kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan.

-          Pembukaan lengkap.
-          Kepala janin terlihat didepan introitus vagina.
·         Yang harus dipantau di kala II

-          Nadi ibu setiap 30 menit.
-          Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit.
-          DJJ setiap selesai kontraksi.
-          Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen ( periksa luar ) dan periksa dalam setiap 2 jam atau jika ada indikasi, hal itu dilakikan dengan cepat.
-          Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah ( jernih atau bercampur mekonium atau darah ).
-          Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping atau terkemuka.
-          Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.
-          Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir.
-          Catatlah semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
VIII. Kala III
Dimulai setelah bayi lahir hingga lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta, karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plesenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus, setelah lepas plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kebagian bawah vagina.
·         Tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.2. Tali pusat memanjang.3. semburan darah mendadak.
·         Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama :
1.Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.3. Massase fundus uteri.
·         Keuntungan manajemen akti kala III yaitu :
-          Persalinan kala III yang lebih singkat.
-          Mengurangi jumlah kehilangan darah.
-          Mengurangi kejadian retntio plasenta.
·         Yang harus dipantau dari kala III :
-          Melakukan palpasi abdomen untuk menilai kemungkinan bayi ke 2.
-          Memantau tanda pelepasan plasenta.
-          Pengawasan terhadap perdarahan.
IX. Kala IV
Berlangsung setelah pasenta lahir sampai 2 jam pertama pasca persalinan.
·         Setelah plasenta lahir.

-          Lakukan massase uteus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
-      Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
-          Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
-          Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi ) perineum.
-          Evaluasi keadaan umum ibu.
-      Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV dibagian belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
·         Selama 2 jam pertama pasca persalinan.

-          Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
-     Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV.
-    Pantau temperature tubuh setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
-      Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit selama 1 jam kedua pada kala IV.
-    Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massase jika uterus menjadi lembek.
-      Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandaran bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
-          Lengkapi asuhan essensial bagi bayi baru lahir.
( APN, 2007 : 137 – 139 )
X. Mekanisme persalinan
Kepala turun memasuki panggul dalam kondisi sutura sagitalis melintang. Jika sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantar symphysis dan promontorium disebut synclitismus. Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symphysis atau agak kebelakang mendekati promontorium maka disebut asynclitismus. Jika sutura sagitalis lebih mendekati symphysis disebut asynclitismus posterior dan jika sutura sagitalis lebih mendekati promontorium disebut asynclitismus anterior. Kepala makin turun dan masuk bidang sempit dan kepala melakukan fleksi sehingga ukuran kepala menjadi SOB terjadi putar paksi dalam sehingga UUK ada tepat dibawah symphysis dengan his dan tenaga mengejan kepala melakukan ekstensi dengan UUK sebagai hipomoklion sehingga lahirlah dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. Setelah ekstensi kepala melakukan putar paksi luar setelah itu badan janin akan ekspulsi dengan tarikan kebawah untuk melahirkan bahu depan. Setelah itu tarikan keatas untuk melahirkan bahu belakang serta seluruh badan.
                                                                                          ( Obstetri Fisiologi : 234 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...