Jumat, 06 Januari 2012

Pulau Komodo dan Dilemanya

Komodo, Nasibmu Nanti

Dari 3.000-an komodo yang tersebar di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, lebih dari 40 persen dalam keadaan lapar.


Komodo, Nasibmu Nanti
Berita Terkait :
Senin, 14 Nopember 2011 | 01:20 WIB
Skalanews - Polemik soal dukungan Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia, usai sudah untuk sementara ini. Sabtu (12/11) dinihari, Yayasan New7Wonders, berkedudukan di Swiss, yang menggelar diseleksi publik via email dan SMS akhirnya memasukkan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu keajaiban dunia untuk kategori alam.

New7Wonders memasukkan hewan bernama latin Varanus Komodoensis ini menjadi salah satu keajaiban dunia bersama Amazon, Halong Bay, Iguazu Falls, Jeju Island,  Komodo, Puerto Princesa Underground River dan Table Mountain.

Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh pendiri yayasan New7Wonders, Bernard Weber lewat situs resminya juga situs video YouTube. Tidak dalam pagelaran acara mewah, seperti tahun lalu.

Weber menambahkan, pihaknya perlu melakukan pemeriksaan, validasi, dan verifikasi hasil perhitungan secara independen sebelum hasil final diumumkan awal 2012 mendatang. Menurut dia, masih ada kemungkinan hasil pengumuman ini berubah.

"Ada kemungkinan satu atau lebih para pemenang sementara yang diumumkan hari ini, tidak akan terkonfirmasi selama proses validasi," katanya.

Dengan alasan itulah, hasil suara yang terkumpul dalam voting publik lewat SMS dan internet tidak diumumkan oleh New7Wonders.

Lain lagi ucapan Mantan Wakil Presiden yang menjadi Duta Komodo. Dia bilang, jumlah hasil suara yang masuk tidak diumumkan ke publik  karena semua yang menang merupakan keajaiban dunia, sehingga tidak perlu urutan pemenang berdasarkan jumlah suara masuk.

"Semua sama baiknya karena enggak ada tujuh nomor satu atau nomor dua. Ini supaya tidak ada yang tersinggung, jadi semua satu kelas," kilahnya.

Sementara Ketua Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Emmy Hafild, dalam jumpa pers di Jakarta menuturkan, pihak P2K sudah membuat perjanjian dengan pihak N7W untuk tidak membuka hasil voting masyarakat meski mereka memiliki data tersebut.

"Aturan main itu memang harus diikuti semuanya. Kalau melanggar, Komodo bisa didiskualifikasi. Jangan paksa saya berbicara soal itu," kata Emmy.

Hasil voting, diakui Emmy, juga tidak akan dimumkan meski nanti sudah ada penetapan resmi Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia pada awal Januari 2012. Ia menyadari bahwa perahasiaan hasil voting kepada masyarakat akan membuat banyak pihak bertanya-tanya. Namun, masyarakat diminta untuk percaya.

"Ini karena hasil voting juga akan diverifikasi oleh pihak ketiga sebagai auditor independen dan disahkan oleh pemerintahan Swiss, jadi bisa dipertanggungjawabkan," paparnya.

Polemik

Bukan cuma jumlah suara yang dipertanyakan, sebelumnya eksistensi keabsahan yayasan New7Wonders pun sempat menjadi polemik.  Adalah Dubes Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo yang kali pertama menyampaikan keraguan atas integritas yayasan ini.

Dia memaparkan New7Wonders of the World didaftarkan sebagai Perusahaan Terbatas (PT) atau Allgemeine Gessellschaft dengan modal sekitar Rp1 miliar, di kanton Schwyz pada 26 Juni 2000 oleh Bernard Weber dan kawan-kawan.

Tiga tahun kemudian, tepatnya 7 Oktober 2003 pengadilan setempat menyatakan PT New 7 Wonders of the World bangkrut dan pemerintah kanton Schwyz secara resmi membatalkan pendaftaran organisasi itu sebagai PT pada 5 Januari 2006

Nah, ketika dalam proses kebangkrutan ini, Bernard Weber membuat yayasan (stiftung) dengan tujuan sama dan nama yang sama, yakni New 7 Wonders of the World. "Sebagai bagian tugas yang diemban dari negara, kami harus menginformasikan kepada publik kronologi kebangkrutan New7Wonders of the World AG," kata Djoko.

Kontan, pemaparan Djoko ini mengundang banyak reaksi. Sebanyak 40 pengacara yang tergabung dalam Komite Supremasi Hukum Indonesia (KSHI) menyatakan kesiapannya untuk melayangkan gugatan "class action" terhadap SMS komodo karena pesan singkat itu diduga mengandung penipuan dan merugikan masyarakat.

"Setelah melihat perkembangan yang terjadi, kita putuskan untuk 'class action'," kata Koordinator KSHI Achmad Salim di Jakarta, Rabu (9/11).

Sebelumnya, pakar telematika Abimanyu Wahjoewidayat membeberkan kejanggalan-kejanggalan SMS Komodo. Bahkan Abimanyu menilai SMS Komodo bersifat manipulatif dan oleh karenanya pemerintah diminta segera menghentikan SMS Komodo.

"Tidak masalah mempopulerkan Taman Nasional Komodo di dunia. Tetapi harus menggunakan cara-cara elegan dan terhormat. Bukan dengan cara manipulatif," katanya.

Sang Duta Komodo, Jusuf Kalla, langsung menyanggah semua itu. Dia membantah organisasi New7Wonders of the World adalah perusahaan yang bangkrut, karena fakta yang sebenarnya terjadi adalah likuidasi N7W dari perusahaan ke yayasan.

Mantan Wapres itu mengaku heran dengan pergunjingan kepada orang yang memajukan daerah. "Saya heran, ini ada orang ingin memajukan daerah, kok ada yang nggak enak badan," tukasnya.

Ketua PMI ini juga membantah dugaan masuknya dana Rp1 miliar dari hasil sejuta SMS saat masih bertarif Rp1.000, karena menurutnya SMS yang masuk tidak sampai satu juta.

"Itu hanya puluhan ribu yang masuk, kalau masuk pun barangkali hanya Rp20 juta. Jadi, apa keuntungan masuk kantong pribadi? Kalau bisa buktikan saja," kata pengusaha nasional asal Makassar itu.

Pakar Komodo Prof. Putra Sastrawan merasa prihatin atas polemik yang bergulir, karena menurutnya cuma menyita banyak energi yang seharusnya nisa digunakan untuk penyelamatan komodo itu sendiri.

Menurut dia, yang harus menjadi perhatian bersama adalah tentang nasib komodo itu sendiri. Dia menyebut, dari 3.000-an komodo yang tersebar di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, lebih dari 40 persen dalam keadaan lapar.

Jika benar yang diucapkan sang pakar ini bahwa lebih dari 40 persen komodo dalam keadaan lapar dan terancam mati, tentu ini harus jadi perhatian serius. Akan sia-sia saja perjuangan menjadikan Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia baru, kalau habitat kadal terbesar di dunia yang oleh penduduk setempat dinamai ora itu tak terjaga eksistensinya.

Kita tak ingin nasib Komodo seperti Candi Borobudur yang kabarnya sudah dicoret UNESCO sebagai keajaiban dunia kategori peninggalan sejarah karena dianggap tidak terawat, meski  kabar tersebut dibantah oleh pemerintah.  (buj)


sumber : http://skalanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...