Senin, 13 Agustus 2012

Myoma Uteri


A.    Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah luar. Statistik penderita mioma tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan keluhan atau gejala. Umumnya sekitar 30% terjadi pada wanita yang berumur di atas 35 tahun. Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga mencapai 5 kg.


B.     Tujuan
Untuk mendeteksi dini adanya mioma uteri dan melakukan penanganan awal.

C.     Jenis

Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu :
1.      Mioma Submokosum
Angka kejadian 5%. Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam ronggauterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakansebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinyadegenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering mengalami nekrose atauulserasi.
2.      Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.

3.      Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecahdan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkan dapat menimbulkan torsi

D.    Penyebab
            Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui. Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim. Otot rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri. Pada saat terjadi kehamilan dan masa reproduksi, tumor uteri akan lebih lebih cepat tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada saat terjadi menopause.

E.     Pemeriksaan dan deteksi dini
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG, CT – Scan atau MRI. Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa mioma uteri. Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka segerakan periksa ke dokter anda.

F.      Gejala
Gejala dan ciri – ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya tumor serta arah pertumbuhannya. Gejala mioma uteri juga sangat dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika besarnya tumor masih kecil. Gejala akan muncul jika telah terjadi desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya. Umumnya gejala mioma uteri adalah :
a.    Hipermenore ( darah haid yang berlebihan).
b.    Dismenore (nyeri haid).
c.    Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan terputarnya tangkal mioma uteri.
d.   Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan.
e.    Anemia.
f.     Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung kemih, ureter (saluran kencing), rektum (usus besar) dan organ rongga panggul lainnya.
g.    Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada dinding rahim.
h.    Adanya gangguan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan kontraksi rahim, perdarahan disertai nyeri dan resiko keguguran pada masa kehamilan.
i.      Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca melahirkan.

G.    Patofisiologis
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah kemioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.

F. Penatalaksanaan
1. Terapi progestin
Diberikan untuk mengurangi kadar estrogen dan untuk mengurangi perdarahan.Gonadotropin-releasing hormon (GnRH) agonists mendatangkan menopause tiruan dengan menghentikan rangsangan gonadotropin terhadap ovarium. Ini menurunkan produksi estrogen dan rangsangan pertumbuhan tumor. Mioma akan mengecil apabila rangsangan estrogen dikurangi. Agonis GnRH selalu dipakai sebelum operasi untuk menegcilkan mioma. Obat ini dapat digunakan pada kasus terpilih untuk mengendalikan mioma yang menyebabkan kemandulan. Bilamanaagonis GnRHdihentikan, mioma mulai tumbuh kembali.

2. Miomektomi

Pengangkatan mioma saja dengan tetap memelihara rahim. Biasanya dilakukan dengan rencana untuk memelihara kesuburan. Resiko rekurensi dari mioma sebesar 40% dan resiko infertilitas sehabis miomektomi adalah sebesar 40%. Miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu proses persalinan. Miomektomi sering dilakukan melalui laparotomi tetapi dapat dilaksanakan juga melalui laparoskopi pada pasien terpilih. Mioma submukosum dapat dianggkat dengan histeroskopi. Miomektomi melalui sembarang jalan dapat menyembuhkan gejala dan memelihara kesuburan, tetapi pasien harus dikonsultasikan bahwa gejala dapat berulang dan infertilitas dapat terjadi
.
3.      Histerektomi

Adalah tindakan yang bisa dilakukan bila kesuburan tidak lagi dipertahankan. Histerektomi diindikasikan bila gejala-gejalanya cukup berat untuk membenarkan resiko operasi. Histerektomi selalu dikerjakan untuk mendeteksi masa adneksa pada kehadiran uterus yang besar dan karena pertumbuhan selanjutnya mungkin mengakibatkan tekanan pada struktur-struktur saluran kencing. Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi :
a.    Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat.
b.    Ukuran tumor yang besar.
c.    Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukurantumor setelah menopause.
d.    Retensio urine.Tumor yang menghalangi proses persalinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...