Jumat, 25 Januari 2013

LUKA PERINEUM


LUKA PERENIUM

Robekan  jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinandengan uteruss yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Ada 4 tingkat robekan yang dapat terjadi  pada persalinan :
-       Robekan tingkat I yang mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat
-       Robekan tingkat II mengenai alat – alat dibawahnya.
-       Robekan tingkat III mengenai m. sfingter ani
-       Robekan tingkat IV mengenai mukosa ltern.
Dalam penjahitansebaiknya menggunakan benang poliglikolik, catgut kromik dapat juga digunakan, tetapi tidak ideal.

Perbaikan robekan tingkat I dan II
Umumnya robekan tingkat I dapat sembuh sendiri, tidak perlu dijahit,
-       Kaji ulang prinsip dasar perawatan.
-       Berikan dukungan emosional.
-       Pastikan tidak ada alergi terhadap lidokain atau obat – obatan sejenis.
-       Periksa vagina, perineum dan serviks.
-       Jika robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan itu tingkat III atau IV :
Ø Masukkan jari yang bersarung tangan ke anus.
Ø Identifikasi sfingter
Ø Rasakan tonus dari sfingter
-       Ganti sarung tangan
-       Jika sfingter kena, lihat reparasi robekan tingkat III dan IV
-       A dan antisepsis di daerah robekan.
-       Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka, dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
-       Aspirasikan dan kemudiansuntikkan sekitar 10 ml lidokain 0,5 % dibawah mukosa vagina, dibawah kulit perineum dan pada otot – otot perineum.
-       Tunggu 2 menit agar anestesi efektif.
Jahitan mukosa vagina
-       Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2 – 0
Ø Mulai dari sekitar 1 cm diatas puncak luka di dalam vagina sampai pada batas vagina.
Jahitan otot perineum
-       Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara jelujurdengan catgut kromik 2 – 0
-       Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
-       Penting sekali untuk menjahit otot ke otot, agar tidak ada rongga diantaranya.
Jahitan kulit
-       Carilah lapisan subcutikuler persis di bawah lapisan kulit.
-       Lanjutkan dengan jahitan subcutikuler kembali kea rah batas vagina, akhiri drngan simpul mati pada bagian dalam vagina.
-       Untuk membuat simpul mati benar – benar kuat, buatlah 1 ½ simpul mati. Potong kedua ujung benang dan hanya disisakan masing – masing 1 cm.
-       Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok rectal dan pastikan tidan ada bagian rectum yang terjahit.

Perbaikan robekan yingkat III dan IV
Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki dengan baik, pasien dapat menderita gangguan defekasi dan flatus. Jika robekan rectum tidak diperbaiki, dapat terjadi infeksi dan fisula rektovaginal.
-       Kaji ulang prinsip dasar perawatan
-       Lakukan blok pudendal atau kelamin.
-       Minta asisten membantu menahan fundus dan melakukan masase uterus.
-       Cek apakah sfingter ani robek.
Ø Jari bersarung tangan masukkan ke dalam anus.
Ø Identifikasi sfingter ani
Ø Periksa permukaan rectum.
-       Ganti sarung tangan
-       Antiseptis pada daerah robekan
-       Pastikan tidak ada alergi terhadap lidokain atau obat – obatan sejenis.
-       Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
-       Aspirasi dan kemudian suntikkan sekitar 10 ml lidokain 0,5% di bawah mukosa vagina. Di bawah kulit perineum dan dibawah otot – otot perineum.
Catatan : Aspirasi untuk meyakinkan suntikan lidokain yidak masuk dalam pembuluh darah, kejang dan kematian dapat terjadi jika blidokain diberikan lewat IV ( pembuluh darah ).
-       Tunggu 2 menit agar anestesi efektif.
-       Tautkan mukosa rectum dengan benang kromik 3 – 0 atau 4 – 0 secara interuptus dengan 0,5 cm antara jahitan.
-       Jahitlah otot – otot dengan rapi, lapis demi lapis dengan jahitan satu – satu.
Jahitan Sfingter ani
-       Jepit otot sfingter ani dengan klem allis atau pinset
-       Tautkan ujung otot sfingter anidengan 2 – 3 jahitan benang kromik 2 – 0 angka 8 secara interuptus
-       Larutkan antiseptic pada daerah robekan,
-       Reparasi mukosa vagina, otot perineum dan kulit.

Perawatan pasca tindakan
-       Apabila terjadi robekan tingkat IV ( robekan sampai mukosa rectum ), berikan antibiotic profilaksis dosis tunggal.
Ø Ampisillin 500 mg per oral
Ø Metronidazole 500 mg per oral
-       Observasi tanda – tanda infeksi
-       Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema selama 2 minggu.
-       Berikan pelembut feses selama seminggu per oral.

Penanganan kasus terlantar
-       Pada kasus terlantar ( robekan lebih dari 12 jam ), kemungkinan infeksi sulit dihindari
-       Pada  Robekan Perineum tingkat I dan II , robekan dibiarkan terbuka
-       Pada  Robekan Perineum Tingkat III danVi , lakukan jahitan situasi dengan 2-3 Jahitan, Penjahitan otot, mukosa Vagina dan Kulit Perineum dilakukan sekitar 6 hari kedepan.

Penanganan Komplikasi
-       Jika terdapat hematom, darah dikeluarkan jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan
-       Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka :
1.    Jika infeksi ringan tidak perlu antibiotic
2.    Jika Infeksi Berat, tetapi tidak akan mencapai jaringan dalam, Berikan :
Ø Ampisilin 4 X 500 mg per oral selama 5 hari
Ø Dan metronidazol 3 X 400 mg per oral selama 5 hari

-       Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis , berikan antibiotic secara kombinasi sampai nekrosis sudah dikeluarkan dan pasien sudah bebas demam selama 48 jam :
Penisilin G  2 Juta unit setiap 6 Jam I.V ;
Ditambah gentamisin 5 mg/Kg Berat badan Setiap 24 jam I.V ;
Ditambah metronidazol 500 mg setiap 8 Jm I.V ;
Sesudah pasien bebas demam 48 Jam, Berikan :
Ampisilin 4 X 500 mg Per oral selama 5 hari
Ditambah metronidazol 3 X 400 mg per oral selama 5 hari
Catatan : Lakukan debridemen jaringan nekrosis dan jahitan ulang 2 minggu kemudian jika perlu

Fistula rektovaginal perlu dilakukan bedah rekonstruksi 3 bulan atau     lebih pasca persalinan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...