Rabu, 23 Januari 2013

ASMA BROKIALE


ASMA BRONKIALE

PENGERTIAN
Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Penderita biasanya pernah berobat ke dokter lain.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah selalu sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga penderita asma akan membaik dalam kehamilan, lebih dari sepertiga akan mnetap, serta kurang dari 1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul pada usia kehamilan 24 – 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan sering terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asma Kalifornia (th 1983) pada 120 kasus asma yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90 % dari penderita tidak pernah dapat serangan dalam persalinan. 2,2% menderita serangan ringan dan hanya 0,2% yang menderita asma berat yang dapat diatasi dengan obat – obat intravena. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantunng dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangn oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan ( gangguan pertumbuhan janin ).
Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan ltern psikis. Pendeita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.
Asma bronkiale sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh penyakit ini terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas serta sebaliknya adalah bervariasi. Asma bronkiale seing merupakan penyakit keturunan.
Diagnosis bisanya mudah didapat, karena wanita lebih sring berobat kepada dokter atau pengobatan non-medis.
1.    Asma bronkiale dapat berkurang atu bertambah dalam kehamilan.
2.    Menghindari kemungkinan infeksi pernafasan dan tekanan emosionil, karena ini akan memperberat penyakit primer.
3.    Kehamilan, persalinan, dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa gangguan, kecuali ltern serangan asma yang berat (status asmatikus). Dalam hal ini diberikan obat-obatan dan oksigen. Kala II diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps.
4.    Apabila ada indikasi obstetric untuk seksio sesarea, bekerja sama dengan hali anestesi untuk memilih narkoba yang paling aman, biasanya anestesi lumbal atau kaudal.
5.    Obat – obatan : sama dengan obat-oat asma pada masa tidak hamil aminofilin, efidrin, epinefrin, dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid harus hati – hati pada kasus pre-eklamsia, karena obat ini dapat menyebabkan retensi cairan dan kenaikan tekanan darah. Juga haru teria tabung oksigen untuk menghadapi status asmatkus.
6.    Untuk menjarngkan kelahiran, pemakaian kontrasepsi atau tubektomi dianjurkan pada keadaan dimana menjadi lebih berat pad setiap kehamilan dan persalinan.

PENANGANAN
1.    Mencegah timbulnya stress
2.    Menghindari ltern resiko (pencetus) yang sudah diketahui, secara intensif.
3.    Mencegah penggunaan obat, seperti aspirin dan semacam yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
4.    Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi, atau per oral seperti isoproterenol.
5.    Pada keadaan lebih berat, penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan satu atau lebih dari obat dibawah ini :
a.    epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2 – 0,5 ml, disuntikkan sub cutis.
b.    Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3 – 7 hari.
c.    Oksigen
d.   Aminofilin 250 – 500 mg (6 mg/kg) dalam infuse glukosa 5 %
e.    Hidrokortison 260 – 1000 mg IV pelan – pelan atau per infuse dalam dekstrose 10 %
Hindari penggunaan obat – obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janiin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeki. Persalinan biasanya dapat berlangsung spontan akan tetapi bila penderita masih dalam serangan dapat diberi pertolongan dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum dan forsep. Tindakan seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...