Kamis, 08 Desember 2011

Persalinan Preterm dan Persalinan Postterm

LULUK ROSIDA
201110104205

 
Persalinan Preterm dan Persalinan Postterm
A.  Persalinan Preterm
1.    Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37 minggu, ( Mansjoer Arif,dkk,2001: 274). Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram termasuk dalam kategori berat badan lahir rendah, (http://www.g-excess.com/4605/kelahiran-prematur-komplikasi-dan-penyulit-dalam-kehamilan/).
2.    Etiologi
Etiologi dari persalinan preterm sering tidak diketahui. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan persalinan preterm:
a.       Kelahiran prematur elektif
Hal ini diakibatkan karena preeklamsi berat, penyakit ginjal maternal, IUGR. Produk kehamilan ini mempunyai komplikasi paling rendah.
b.      KPD
Insidennya kira-kira 20% dari total persalinan preterm.
c.       Kehamilan dengan komplikasi kegawat daruratan
Komplikasi tersebut meliputi solusio plasenta, eklampsia, resus iso imunisasi, infeksi maternal atau prolapsus tali pusat. Kelompok ini kira-kira berjumlah 20 % dari kehaliran preterm.
d.      Persalinan preterm spontan tanpa komplikasi yang tidak diketahui penyebabnya
Kelompok ini berjumlah paling besar sampai 40 % dari kelahiran prematur.
3.    Faktor Risiko
Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya persalinan prematerm adalah:
a.       Faktor biological/medik
a)    Umur kurang dari 15 tahun atau lebih dari 35 tahun
b)   Berat badan rendah (kurang dari 50 kg saat konsepsi)
c)    Riwayat hipertensi, penyakit ginjal atau dm
d)   Infeksi umum terutama virus
b.      Riwayat reproduksi
Riwayat kelahiran preterm sebelumnya. Jika wanita mempunyai riwayat lebih dari 2 kali melahirkan bayi preterm. Dia mempunyai resiko untuk terjadi kelahiran preterm 70% pada kehamilan ini. Perdarahan pada kehamilan sebelumnya, abnormalitas uterus; 35% wanita dengan incompeten servik akan melahirkan preterm dan 19% wanita dengan uterus bicornis, unicornis atau didelphic akan melahirkan sebelum umur kehamilan 37 minggu.
c.       Kehamilan saat ini
a)    Peningkatan berat badan yang tidak adekuat
b)   Perdarahan
c)    Akdr masih berada di dalam rahim
d)   Pembedahan abdomen
e)    Infeksi terutama pielonefritis
f)    Infeksi saluran genital terutama vaginitis non spesifik, vaginosis bakterial, klamedia dan streptokokus hemolitik b. Organisme ini terdapat pada 5% wanita dan berhubungan dengan terjadinya kpd. Amnionitis disebabkan karena infeksi traktus genital dapat menstimilasi pelepasan prostaglandin dan hal ini dapat menyebabkan mulainya persalinan
g)   Kehamilan ganda. 46% melahirkan preterm
h)   Polihidramnion
i)     Malformasi fetus
j)     Penyakit resus
k)   Kematian fetus
d.      Sosial ekonomi
a)    Kemiskinan dan sosial yang rendah persalinan preterm biasa terjadi pada wanita dari kelompok sosial ekonomi yang rendah.
b)   Status pernikahan, persalinan preterm sering terjadi pada wanita yang tidak menikah
c)    Pekerja, meliputi pekerja fisik yang berat
e.       Psikologi
Psikologi distres dihubungan dengan kelahiran preterm.
f.       Adat istiadat atau kebiasaan
a)    Merokok, pemakai obat-obatan terlarang dan alkohol
b)   Jarak antar kehamilan pendek
c)    Terlambat anc
d)   Tidak melakukan ANC
4.    Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif, dkk, persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor.
Faktor risiko minor adalah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor risiko mayor adalah kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus. Cermin Dunia Kedokteran No. 14520, 04 31
       Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor risiko mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor risiko minor atau bila ditemukan keduanya.
5.    Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnosis:
1)        Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2)        Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo adanya pembukaan dan servisitis
3)        Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau sedikitnya 2 cm
4)        Selaput ketuban seringkali telah pecah
5)        Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang
6)        Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah
Pemeriksaan penunjang (obgynacea,2009) n kapita selekta (mansjoer arif dkk 2001)
1)        Pemeriksaan laboratorium
·      Darah rutin, kimia darah, golongan darah ABO, faktor rhesus
·      Urinalisis, kultur urine
·      Bakteriologi vagina
·      Amniosentesis : untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lesitin-sfingomielin, surfaktan
·      Gas & ph darah janin

2)        Pemeriksaan USG
Untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, aktifitas biofisik, cacat kongenital, letak & maturasi plasenta, volume cairan ketuban, dan kelainan uterus.
3)        Pemeriksaan CTG
Untuk memeriksa kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi.
6.    Penatalaksanaan Awal
a.    Segera lakukan penilaian tentang :
·      Usia gestasi (untuk menentukan prognosis)
·      Demam ada/tidak
·      Kondisi janin (jumlah, letak, presentasi, TBJ, hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital, dll)
·      Letak plasenta (perlukah SC?)
·      Kesiapan untuk menangani bayi prematur
b.    Tentukan kemungkinan penanganan selanjutnya (ada 3)
·      Pertahankan kehamilan, sehingga janin dapat lahir mendekati aterm
·      Tunda 2-3 hari, untuk memberikan pematangan paru janin
·      Biarkan terjadi persalinan (tokolitik tidal berguna, persalinan lebih baik untuk ibu/janin)
Penanganan Persalinan Pretern
Penanganan Umum
1.      Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.
2.      Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.
Prinsip Penanganan.
1.      Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kehamilan atau.
2.      Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya, ( Saifuddin et.al., 2002 : 302 ).
7.    Penatalaksanaan
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke RS, cari apakah ada faktor penyulit, dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
·      Sebelum dirujuk, berikan air minum 1000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak.
·      Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin10 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan kedua, atau ibuprofen 400 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan ketiga.
·      Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak minum, tidak diperbolehkan bersengama. Pasien diberi tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral tiap 6 jam atau ritodrin 10 mg tiap 4 jam atau ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas kontraksi.
·      Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, koriamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relatif (gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, dan pembukaan serviks 4 cm).
Penatalaksanaan di rumah sakit :
·      Observasi pasien selama 30-60 menit. Penatalaksanaan tergantung kontraksi uterus serta dilatasi dan pembukaan serviks.
a.       Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9% : dekstrosa 5% atau ringer laktat : dekstrosa 5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 8-12 mg intramuskular selama 1 jam sambil mengobservasi ibu dan janin.
b.      Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan tokoitis.
Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan tokolisis.
Kelompok III : Tidak ada perubahan pembukaan dan kotraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
·      Berikan tokolitik bila janin dalam keadaan baik, kehamilan 20-37 minggu, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, dan selaput ketuban masih ada. Jenis tokolitik adalah betamimetik adrenergik, magnesium sulfat 4 g (200 ml MgSO4 10% dalam 800 ml dekstrosa 5 % dengan tetesan 100 ml/jam), etil alkohol, dan glukokortikoid (contoh deksametason 12 mg per hari selama 3 hari.
8.    Komplikasi
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.
Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
9.    Prognosis
Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan berat 2000-2500 g mempunyai harapan hidup lebih dari 97%, 1500-2000 g lebih dari 90%, dan 1000-1500 g sebesar 65-80%, (mansjoer arif, dkk, 2001).
10.Kewenangan Bidan
B.  Persalinan Posterm
1.    Definisi
Persalinan posterm adalah persalinan yang terjadi melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosis usia kehamilannya lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan usia kehamilan, seperti rumus naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial.
2.    Etiologi
Tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta, dan kerentanan akan stres.
3.    Manifestasi klinis
·      Keadaan klinis yang dapat ditemukan adalah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit.
·      Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a.       Stadium I     : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b.      Stadium II   : Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
c.       Stadium III  : Sepeti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
4.    Pemeriksaan penunjang
·      USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidakdan tes tekanan oksitosin).
·      Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik lebih dari 20%.
5.    Penatalaksanaan
Bila keadaan janin baik :
·      Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dngan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil positif, segera lakukan SC.
·      Induksi persalinan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...