Kamis, 22 Oktober 2009

MORBILI

MORBILI


A. Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala–gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 ).
Morbili atipik yaitu penyakit yang berat ditandai oleh demam tinggi, pneumonia, edema perifer, dan rash makulopapuler, yang kadang-kadang hemoragis, dapat terjadi pada orang-orang yang terpapr virus ganas setelah mendapat vaksin morbili mati. Beberapa pasien mendapat sindroma ini sesudah pemberian vaksin hidup. Penyakit ini juga terlihat pada pasien yang diberi vaksin hidup dalam 3 bulan setelah mendapat vaksin mati. Perjalann penyakitnya khas lebih berat daripada morbili biasa, berlangsung kira-kira 2 minggu, dan diterapi secara simtomatis.( Terapi Mutakhir Conn 1984 - 1985, Rakel – P.Adrianto, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1984)

B. Terafi Gejala-Gejala Umum
1. Demam, Pasien harus diberi pakaian yang tipis supaya memberikan kenyamanan yang maksimum. Asetaminofen atau aspirin dalam dosis 10 mg per kg setiap 4-6 jam direkomendasikan untuk terapi ketidaknyaman yang menyertai demam.
2. Batuk. Kelembaban yang dihasilkan dari alat penguap mungkin membantu. Bilamana batuk mengganggu aktivitas tidur atau merupakan gangguan utama maka dapat digunakan kodein fosfat dalam dosis 0,2 mg per kg setiap 4 jam.
3. Kongesti. Dekongestan per oral dengan atau tanpa antihistamin mungkin memberikan sejumlah keringanan.
4. Konjungtivitis. Lampu ruangan yang dikecilkan dapat memberikan kenyamanan. Penggunaan air mata buatan dan kompres mata dingin memberikan perbaikan simtomatis.
5. Pruritus. Kompres dngin memberikan perbaikan simtomatis. Antihistamin per oral dapat membantu secara khusus karena efek sedtifnya.
6. Diare. Direkomendasikan diet lunak aau benar-benar cair yang dibeikan 3-4 jam sekali. Campuran kaolin dan pectin mungkin sedikit memberikan perbaikan.

C. Komplikasi-Komplikasi Sekunder
1. Otitis Media. Otitis media mungkn merupakan komplikasi sedkunder tersering dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.
2. Pneumonia. Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab kematian utama bagi pasien morbili.
3. Mastoiditis. Baik etiologi maupun terapi antibiotika serupa dengan otitis media. Kadang-kadang diperlukan drainase bedah
4. Adenitis Servikalis. Pembesaran kelejr limfe servikalis sering menyertai penyakit virus. Jika adenitis servikalis bermakna menetap lama atau kelenjar limfe membesar menggambarkan etiologi bakteri, aspirasi kelenjar limfe yang terinfeksi harus dipertimbangkan.
5. Laringotrkeobronkitis. Biasanya disebabkan oleh proses penyakit alamiah dari virus morbili dan paling baik diterapi dengan pelembaban yang adekuat.
6. Sinusitis, mungkin diduga pada orang dengan purulenta persisten, batuk, atau nyeri kepala. Terapi sama dengan otitis media akuta.
7. Ensafalitis, suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus per 1000.
8. Tuberkulosis, virus morbili dapat mengreaktivasi tuberculosis yang dorman dan membuat pasien alergi mendapat tes kulit TB yang biasa. Terapi tuberculosis yang sesuai harus dipakai jika timbul kemungkinan itu.
9. Purpura, timbul 3-15 hri setelah dimulainya rash dan mungkin menyertai hitung trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat harus dhentikan jika timbul komplikasi ini.
10. Abdomen akut, mungkin disebabkan oleh limfadenitis generalisata yang menyertai penyakit ini
11. Miokarditis, mungkin timbul pada sebanyak 20 % pasien, tetapi jarang menimbulkan gejala-gejala. Payah jantung kongestif harus diterapi dengan terapi yang tepat.
12. Pneumomedistinum dengan emfisema subkutan, ulkus korne, pneumonia sel delta. Keadaan-keadaan tersebut jarang terjadi.



D. Pencegahan Umum
Dengan morbiditas morbili yang telah diketahui, pencegahan menjadi tujuan utama dan terpilih. Vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II)
Yang Divaksinasi :
1. Anak sehat di atas umur 15 bulan
2. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun
3. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.
4. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.
5. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.
Kontraindikasi vaksin hidup :
1. Pasien-pasien imunokompromis (keganasan generalisata, cacat sel T, yang mendapat terapi imunosipresi).
2. Orang-orang dengan kemungkinan Tuberkulosis.
3. Wanita hamil.
4. Pasien-pasien yang alergi terhadap neomisin (Attenuvax atau M-M-R II).
5. Pasien-pasien yang telah mendapatkan darah lengkap,plasma, atau gama globulin dalam 8 minggu sebelum diberikan vaksin.
Efek samping mungkin terlihat pada 7 sampai 10 hari setelah pemberian vaksin hidup yang terdiri dari rash, demam atau keuanya dan yang lebih berat disertai malaise, demama, limfadenopayi setempat, eritema setempat dan indurasi, bisa terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diimunisasi dengan vaksin mati.

E. Patofisiologi

Virus Morbili

Droplet Infection


Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus


Reaksi Inflamasi :

1. Demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik, IWL naik ------ Gangguan rasa nyaman : Peningkatan suhu tubuh-------Resiko kurang volume cairan.
2. Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen
a. Saluran cerna
Terdapat bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, palatum durum, mole
---Mulut pahit timbul Anorexia : Gangguan kebutuhan nutrisi < kebutuhan
---Hygiene tidak dijaga dan Imunitas kurang akan meluas pada saluran cerna bagian bawah ( usus )----- Absorpsi turun -----Diare : Kurang volume cairan Elektrolit
( BAB terus menerus ) Iritasi : Gangguan Integritas Kulit
b. Saluran nafas
Inflamasi saluran nafas atas; bercak koplik pada mukosa bukalis meluas ke jari trakeobronkial ---- Batuk, pilek, RR --------(Brochopneumonia) : Gangguan Pola nafas; bersihan jalan nafas

c. Konjungtiva
Radang Konjungtivis : Gangguan Persepsi sensori

d. Kulit menonjol sekitar sebasea dan folikel rambut --------- Eritema membentuk
macula papula di kulit normal---- Rash, ruam pada daerah balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh , deskuamasi rasa gatal :
 Gangguan Integritas kulit
 Gangguan Istirahat Tidur


F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas diri :
2. Pemeriksaan Fisik :
• Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
• Kepala : sakit kepala
• Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).
• Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
• Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stad.
• Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
• Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
• Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
• Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
• Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
3. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

G. Nursing Care Plan
1. Dx. Kep yang mungkin muncul
1) Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh
2) Resiko kurang volume cairan
3) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko terjadi gangguan pola nafas
5) Gangguan persepsi sensori
6) Gangguan integritas kulit
7) Gangguan istirahat tidur
8) Intoleransi aktivitas

2. Perencanaan Asuhan Keperawatan

1) Dx. Keperawatan 1
Dx Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi
Data Subjektif :
•Pasien mengeluh pusing
•Pasien mengeluh panas
Data Objektif :
•Suhu tubuh
•Pasien tampak gelisah
•Mukosa mulut kering
•Keringat berlebihan
•Frekuensi pernafasan meningkat
•Kejang
•Takikardi
•Kulit terasa panas
Tujuan :
•Suhu tubuh normal dalam jangka waktu…
Kriteria Hasil :
•Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0 C
•Bibir lembab
•Nadi normal
•Kulit tidak terasa panas
•Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
•Aktivitas sisi kemampuan
Rencana Tindakan :
• Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan suhu tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat, hipertiroid.
• Observasi TNSR per …..
• Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan reaksi pupil.
• Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
• Observasi tanda kejang mendadak
• Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
• Berikan kompres air hangat
• Berikan cairan dan karbohidrat yang cukup untuk meningkatkan hipermetabolisme akibat peningkatansuhu.
• Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
• Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.
• Kolaborasi :
Pemberian anti piretik
Pemberian anti biotic
Pemeriksaan penunjang

2) Dx. Keperawatan 2
Dx Resiko kekurangan volume cairan tubuh B. D kehilangan sekunder terhadap demam.
Data Subjektif :
•Pasien mengeluh haus
•Pasien mengeluh lemas
•Pasien mengeluh mencret ….x/hr
•Pasien mengeluh muntah …x/hr
Data Objektif :
•TD…mmttg, N..x/mnt, S.. 0 C, RR…x/mnt
•Turgor kulit jelek
•Perubahan produksi urine…cc/ 24 jam
•Penurunan pengisian vena ( capillary refill )
•Volume dan tekanan nadi menurun
•Denyut nadi meningkat
•Demam
•Kulit kering
•Bibir kering
•Mata cekung
•Akral dingin
Tujuan :
• Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh dalam jangka waktu ….
Kriteria Hasil :
•Turgor baik
•Produksi urine …cc/jam <0,5 – 1 cc/kg BB/jam
•Kulit lembab
•TTV dalam batas normal
•Mukosa mulut lembab
•Cairan masuk dan keluar seimbang
•Tidak pusing pada perubahan posisi
•Tidak haus
•Hb, Ht, dbn
Rencana Tindakan :
• Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan
• Observasi TNSR…
• Observasi tanda – tanda dehidrasi
• Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban, membran mukosa
• Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine.
• Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar per….
• Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus
• Timbang BB setiap hari
• Pertahankan bedrest selama fase akut
• Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang cairan
• Kolaborasi :
Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Pemberian obat sesuai indikasi
Observasi kadar elektronik, Hb,Ht

3) Dx. Keperawatan 3
Dx. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Asupan makanan yang
kurang
Data Subjektif :
•Pasien mengatakan mual
•Pasien mengatakan tidak nafsu makan
•Pasien mengatakan susah makan
Data Objektif :
•Bising usus….x/mnt
•Mukosa mulut kering
•Vomitus ….cc
•Porsi makan : …..porsi
•Hb …., Albumin…..
•Konjungtiva dan selaput lendir pucat
•Terdapat bercak – bercak merah pada mukosa mulut
Tujuan :
• Pasien dapat memperbaiki status gizi (nutrisi ) dalam jangka waktu
Kriteria Hasil :
•BB meningkat
•Mual berkurang / hilang
•Tidak ada muntah
•Pasien menghabiskan makan 1 porsi
•Nafsu makan meningkat
•Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
•Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit
•Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
•Nilai Hb, Protein dalam batas normal
Rencana Tindakan :
• Kaji pola makan pasien
• Observasi mual dan muntah
• Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat untuk kesembuhan
• Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
• Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya bising usus.
• Beri posisi semi fowler / fowler saat makan
• Identifikasi factor pencetus mual , muntah , diare, nyeri abdomen
• Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai sesuai diit
• Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik
• Bantu pasien untuk makan , catat jumlah makanan yang masuk
• Hindari makanan dan minuman yang merangsang
• Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
• Kolaborasi :
Penatalaksanaan diit yang sesuai ( dengan ahli gizi )
Pemberian nutrisi parenteral
Pemberian anti emetik
Pemberian multivitamin, cara pemberian makanan / tambahan.

Sumber :

Terapi Mutakhir Conn 1984 - 1985, Rakel – P.Adrianto, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1984

Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI

Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...